Penulis : Grace Lin
Penerbit : Atria
5 stars
Saat pertama membuka buntelan kiriman Serambi, aku langsung terpikat dengan penampilan buku ini. Dengan cover glossy yang cantik, ditambah ilustrasi warna warni di beberapa halaman buku, harus kuakui kalau buku ini punya nilai plus bahkan sebelum aku membacanya... (my bad habit, judge the book by it’s cover hehehe..)
Awal membaca, aku mengakui kalau susah berkonsentrasi.. Bukan salah bukunya, tapi mungkin “timing” yang kurang tepat.. Maksud hati ingin membaca buku ini sebagai bacaan akhir tahun, aku mulai membaca tanggal 30 Desember 2010 dan ternyata hanya sanggup membaca 2 hlm. Mengapa? Yah, kesibukan akhir tahun mungkin, ditambah tiba-tiba aku terkena penyakit “malca” alias “malas membaca” hehehe.. Tanggal 3 Januari 2011, akhirnya aku teringat lagi dengan buku yang tertunda ini. Mulailah aku membaca..
Buku ini berkisah mengenai seorang gadis Tiongkok cilik bernama Minli yang tinggal di sebuah desa di kaki gunung Nirbuah bersama Ma & Ba, orangtuanya. Mengapa disebut Gunung Nirbuah? Karena memang gunung itu tandus, tanpa buah. Penduduk desa di kaki gunung sangat miskin, tak terkecuali keluarga Minli. Walau bekerja di sawah setiap hari sejak menjelang matahari terbit sampai terbenam, keluarga ini tetap hidup susah. Minli sebenarnya tidak pernah mengeluhkan keadaan keluarga mereka, tapi ia sedih melihat Ma yang selalu mendesah saat menghidangkan makanan yang seringkali hanya berupa nasi putih. Walau demikian, ia selalu senang saat makan malam tiba. Ba selalu bercerita mengenai berbagai dongeng, terutama dongeng tentang Kakek Rembulan yang dapat mengubah peruntungan.
Suatu hari Minli membeli seekor ikan mas ajaib dari seorang pedangang keliling. Namun karena kemiskinan mereka, ternyata ikan emas tersebut malah menjadi beban keluarga karena menjadi satu lagi mulut yang harus diberi makan. Mulailah Minli memikirkan kondisi keluarga dan bertekad untuk mengubah peruntungan mereka sehingga Ma tidak perlu lagi mendesah sedih dan Ba tidak perlu bekerja keras di sawah setiap hari. Minli memutuskan untuk mencari Kakek Rembulan! Suatu malam, setelah menulis pesan singkat untuk kedua orang tuanya, diam-diam ia pergi dengan membawa peralatan seadanya, berangkat mencari Kakek Rembulan dengan harapan sang kakek mengabulkan permintaanya untuk mengubah peruntungan keluarga.
Nah, disinilah petualangan Minli dimulai.. Perjalanan panjangnya untuk mencari Kakek Rembulan membawanya bertemu dengan Naga yang tak bisa terbang, Harimau Hijau yang kejam, seorang bocah penggembala kerbau, Raja yang suka menyamar dan si kembar Da-A-Fu yang menggemaskan dengan wajah bulat dan pipi kemerahan serta keluarga mereka yang walau miskin namun sangat pemurah. Penasaran dengan akhir kisah Minli? Silahkan baca sendiri bukunya hehehe..
Buku ini indah dengan banyak pesan moral yang bagus. Persahabatan, kasih sayang, dan saling menolong antar sesama. Membaca buku ini, aku merasa terharu dan akhirnya tersenyum bahagia. Terharu saat membaca tentang betapa Minli cilik sangat ingin membahagiakan orang tuanya, saat bocah penggembala yang miskin menolong Minli tanpa mengharap balasan, saat akhirnya kepergian Minli memberikan pelajaran dan mengubah Ma & Ba dan terutama saat keluarga si kembar Da-A-Fu yang sama miskinnya dengan Minli merelakan sedikit bagian baju mereka demi membuatkan baju hangat buat Minli! Oh, aku hampir meneteskan air mata saat membacanya.. Dan puas dengan akhir kisah yang bahagia.. :)
0 comments:
Post a Comment